Bandung. Beberapa bulan yang lalu, Pussenif Kodiklatad mengirimkan wakilnya yaitu Mayor Inf Pamungkas Army Saputro, S.Sos. jabatan Ps. Kabagbinlatancabkermil Sdirbinlat Pussenif untuk mengikuti Latihan Joint Readiness Training Center (JRTC) Rotation 21-01 yang diselenggarakan di Fort Polk Louisiana, Amerika Serikat. Adapun Latihan ini merupakan kerjasama dalam bidang pertahanan negara antara TNI AD dengan Angkatan Darat Amerika Serikat. Yang mana JRTC merupakan pusat latihan di bawah Forcomd US Army dengan tugas uji kesiapan brigade dalam rangka tugas operasi dan ini adalah pertama kalinya TNI AD mengirim 1 Kompi yang terbesar dalam perhelatan JRTC Rotation 21-01 ini. Dengan kekuatan 125 orang, 101 orang sebagai pelaku dan 24 orang sebagai pendukung kegiatan.

Sepulangnya dalam latihan tersebut, Mayor Inf Army memaparkan hasil kepada Danpussenif Kodiklatad tentang kegiatan yang dilaksanakan yaitu hal yang dapat dipelajari dalam kegiatan seperti, TOC JOC (Pusat operasi taktis) yg dilengkapi IT (Informasi Teknologi) menampilkan data latihan yang meliputi organisasi latihan, CCTV pelaku, cuaca, dislokasi dan gerakan pelaku maupun bulsi musuh (OPFOR), manuver dan tembakan lintas lengkung serta di JOC terdapat pengendali dari AU, AL dan Marinir (bila ada peran dalam skenario latihan). adanya keterlibatan divisi (senior mentor) dalam penyelenggaraan latihan dalam memberikan saran jalannya latihan, memastikan pelaksanaan sesuai pokok-pokok keinginan panglima divisi dan menerima masukan dari penyelenggara latihan tentang hasil latihan dari pelaku. Skenario yang didesain sesuai dengan date Indo Pasific Command (Decesive action training environment) dengan tipikal daerah populasi tinggi, dikelilingi lautan luas dan satuan terpisah jauh dan jalur logistik yang panjang. Kebebasan bertindak hadapi pelaku untuk menciptakan pertempuran yang menantang dan tidak dirasakan dalam latihan sebelumnya seperti near peer threat/daya tempur berimbang, kreativitas kembangkan taktik dan teknik bertempur dan bertempur sengit malam hari dan durasi panjang. Kemudian, memiliki teknologi dan karakter sesuai dengan scenario date seperti dengan adanya penggunaan drone, modifikasi sistem senjata serta kemampuan jamming dan Pernika.

Adapun evaluasi dalam kegiatan yang menjadi kendala adalah keterbatasan kemampuan komunikasi bahasa Inggris, combat suit yang mudah terdeteksi bila dilihat dgn navigasi pada malam hari, penambahan elbow pad dan knee pad pada combat suit. kondisi chemical mask yg sudah tidak layak dan kapasitas ransel kartika kurang dapat menampung alat dan perlengkapan serta hal lainnya. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi Angkatan Darat Indonesia untuk memodifikasi dan memodernisasi prajuritnya disesuaikan dengan medan yang dihadapi dan perubahan zaman yang demikian dinamis, sehingga dapat mendukung tugas pokok TNI dalam menjaga keutuhan Negara dan Bangsa Indonesia dari ancaman yang ada.